AKU DAN KETIGA SAHABAT
Kisahku dan ketiga sahabatku akan peristiwa yang terjadi pada kami saat bulan Ramadhan sampai hari kemenangan kupersembahkan untuk sahabat di mana pun kalian berada.Liburan kuliah telah tiba. Sorak gembira terdengar dari dalam kelasku. Teman- teman yang telah lama menunggu momen ini termasuk aku dan ketiga sahabatku ikut meramaikan kelas yang sempit dengan suara nyaring kami karena sungguh rasa rindu untuk berkumpul bersama keluarga di kampung telah penuh dalam celengan hati.
Ada sedih yang terpancar di raut muka ketiga sahabatku yang sangat aku sayangi. Kami akan berpisah sementara waktu. Mbak Mariah akan pulang ke Padang, Etek Siti ke Kabanjahe, Uni Diana ke Kisaran dan aku, Dedek kecil pulang ke Batubara. Walaupun masih satu pulau yaitu Sumatra, tetapi daerahnya berbeda yang membuat kami tak dapat berkunjung karena jaraknya yang jauh. Sungguh sangat menambah kesedihan buat kami yang telah terbiasa bersama saat suka maupun duka.
Perpisahan itu tiba. Kami pulang ke kampung halaman masing- masing untuk berkumpul bersama keluarga yang telah menanti kepulangan kami. Keluaraga yang juga menyimpan rindu yang dalam pada kami.
Hari demi hari kami lalui semua di kampung. Tapi, komunikasi dengan sahabat tetap kami jaga. Setidaknya kabar selalu kami ketahui.
Ini masa yang sangat berat. Kabar kuperoleh dari Etek bahwa gunung Sinabung yang tak jauh dari rumahnya aktif kembali dan ada kemungkinan meletus. Mbak dan Uni juga mengabarkan hal yang sama. Mereka menyimpan kekhawatiran yang hebat buat Etek. Rasa yang juga melandaku. Aku bercerita pada Mamakku akan hal yang menimpa Etek untuk menenangkan hatiku yang gelisah.. Aku mencari solusi, tapi apa daya hanya doa dan kata- kata penguat yang dapat kuberi padanya. Aku tidak dapat turun langsung ke daerah rumahnya. Setiap hari aku selalu bertanya kabar Etek, adik dan Mamaknya. Ayah Etek telah meninggal dunia sehingga Etek sebagai anak terbesarlah yang berusaha keras membantu, melindungi, serta menjaga Mamak dan adiknya. Aku kagum padanya karena sangat tegar menghadapi semua tanpa mengeluh dan marah pada Allah. Etek, sahabatku yang hebat!
Kabar kuperoleh kembali, tetapi ini dari Uni. Ia mengabarkan bahwa ia sedang sakit. Dia muntah- muntah, pusing dan dadanya terasa sesak yang membuatnya sulit bernafas. Ia menangis saat menceritakan sakitnya. Sungguh aku tak sanggup mendengar kabar itu. Aku tak bisa membayangkan sahabatku menahan sakit yang luar biasa, tetapi aku tak dapat merawatnya bahkan untuk menjenguknya saja aku tak bisa. Tapi, tak henti kuberdoa buat sahabatku agar Allah segera menarik segala sakit yang melanda Uni. Aku yakin Uni kuat dan sabar dalam menerima semua itu.
Hari kemenangan kusambut dengan hati yang bahagia. Aku yang bahagia bersama sanak saudara tidak lupa dengan sahabatku yang jauh di mata, begitu juga mereka. Kami memutuskan untuk mengkonfrensikan telpon kami sehingga kami dapat ngobrol berempat walau dengan jarak yang jauh. Seperti biasanya saat kami berkumpul di kampus begitulah saat itu di telpon. Kami tertawa bareng, bercanda juga curhat tentang apa yang dirasakan. Sangat menyenagkan. Kami tak lupa memberikan kekuatan buat Etek yang masih ditimpa musibah Sinabung. Mengharukan, tapi aku merasa kebersamaan yang luar biasa.
Lebaran ke 5. Handphoneku berdering. Kulihat di layar tertera pesan dari Mbak Mariah. Aku tercengang membaca pesan darinya. Aku tak percaya.
Dek, Ayah dan Mamak Mbak masuk rumah sakit. Dirawat karena sakitnya kambuh. Mbak sedih, Dek.
Kemanakan Mbak yang besar meninggal, Dek. Semalam jatuh dari kereta. Dua adik Mbak juga sakit demam karena mendengar saudaranya meninggal. Mbak bingung, Dek. Doakan, Mbak dan keluarg, ya!
Aku merasa tak berguna saat itu. Apa yang bisa aku lakukan saat sahabatku tertimpa musibah begitu? Aku menangis membaca pesan dari Mbak. Kubalas dengan penuh rasa penyesalan karena tak dapat menguatkan sahabatku secara langsung. Aku semakin sedih saat membaca sms dari Etek dan Uni yang memberi kabar apa yang sedang Mbak hadapi. Sungguh sulit bagiku berpisah dengan sahabat- sahabatku tersebut. Doaku saat itu Mbak diberikan kekuatan dan kesabaran yang berlipat- lipat ganda menerima kenyataan itu. Aku percaya itu diberikan kepada Mbak karena Allah sayang padanya.
Beberapa hari kemudian, penyakit langgananku kambuh, tetapi kurasa itu lebih parah. Alergi, flu dan batuk menyerangku saat itu. Nafasku menjadi sesak karena batuk yang tak mau berhenti. Orangtuaku sibuk dan khawatir. Aku dibawa ke rumah sakit. Dengan tegas aku menolak untuk rawat inap saat dokter menganjurkan. Aku bersedia minum obat saja. Sungguh hari itu aku mengira nafasku akan berhenti, tetapi Allah berkehendak lain sampai detik ini aku masih merasakan nikmat Allah yang tak pernah berhenti buatku. Sahabat- sahabatku mengirim sms berulang kali saat tahu kondisiku. Aku mengirim sms kepada Uni memberikan kabar tentangku. Dan tak lupa aku tuliskan kalimat terakhir pada Uni bahwa aku belum bisa ngomong panjang sehingga aku hanya meladeni sms yang masuk. Lagi sakit saja sempat sok. Hehehe
Perpisahan yang sangat menyedihkan buat kami terkhusus bagiku. Tapi. sungguh semua ada hikmahnya karena aku sangat merasakan bahwa kebersamaan itu berharga mahal. Arti persahabatan sangat terasa saat duka menghampiri dan dapat dilalui bersama walaupun jarak memisahkan.
Aku sangat sayang pada ketiga sahabatku karena mengerti apa yang aku rasakan baik suka maupun duka.
Untuk Sahabat, aku berbagi kisah ini. Untuk Sahabat kupersembahkan yang terbaik.
Semoga bermanfaat.
Salam Untuk Sahabat
salam sahabt
BalasHapusandan berbakat dalam hal menulis..
saya senang membacanya..!
makasih ya!!!
BalasHapussemoga bermanfaat.
amin