Selasa, 24 Mei 2011

HATIKU MELAMAT KE HATIMU, WANITA BIMA (RURIN KURNIATI)

Mengetahuimu adalah suatu ketidaksengajaan. Mengenalmu adalah suatu ketertarikan. Mendekatimu adalah keharusan. Ah, engkau sungguh sosok indah yang mampu menarikku dengan magnet ketulusan cintamu. Aku tak mampu menolak tarikkanmu hingga akhirnya aku pun jatuh dalam dekapanmu. Bahkan tak ingin lepas sampai kapan pun. Maka, kumohon padamu jangan tinggalkan aku walau hanya sedetik.

Berawal dari melihat komentarmu yang ‘sederhana’ pada salah satu wall teman kita di facebook. Ehm, walau sederhana tapi mampu membuatku jatuh hati. Pun, namamu yang cantik memaksaku untuk lebih mengetahuimu dan parahnya membuat hatiku ingin lebih dekat denganmu. Ya, itulah awal kisah kita terjalin. Kuberanikan meng- add akun facebook-mu dengan harapan engkau langsung menerimaku sebagai salah satu temanmu. Subhanallah, tanpa waktu yang lama engkau langsung menerimaku tanpa syarat dan tuntutan. Dan, berlanjutlah kisah kita dengan saling menyapa dan mengingatkan akan segala hal. Ehm, tapi masih via facebook yang tak mampu menyatukan tatapan mata kita. Kapan aku dapat memelukmu secara nyata, wahai indahku? Sepertinya, hanya Allah- lah yang tahu maka aku hanya berharap padaNya diberikan kesempatan akan itu.

Suatu malam yang indah dengan taburan bintang, aku meminta tolong Inang Tri mengirimkan nomor handphone-mu karena ada rasa yang menyesak untuk mengenalmu lebih dekat yakni via sms dan sambungan telepon. Tapi malam itu aku hanya berani mengirimkan sms sebagai tanda perkenalan kita lebih jauh.  Malam itu kurasakan semakin indah karena aku mendapat balasan sms darimu. Dan hubungan kita pun berlanjut semakin dekat. Aku nyaman dan bahkan sangat nyaman menjadi bagian dari kisah hidupmu. Maaf sayang, aku tak tahan lagi untuk tidak menyebutkan namamu di sini. Maka dengan semangat yang membara aku sampaikan pada semua facebooker bahwa Rurin Kurniati- lah orangnya. Gadis cerewet nan manis  yang selalu aku rindukan kehadirannya. Wanita sederhana dengan segala kebisaannya.

Handphone bututku semakin rajin bernyanyi dan bergetar setiap harinya. Ah, Inang Rin, engkau telah mengajari handphone-ku untuk dua hal tersebut. Setiap subuh menjelang, sms- sms pengingat dari mu sangat membantuku untuk segera bangun dan menjalankan kewajibanku. Ehm, pastinya sms dan telepon darimu sangat aku tunggu  karena sms darimu serta mendengar suaramu adalah semangat baru bagiku.

Jalinan cinta pun semakin intim. Aku tak pernah menyangka engkau begitu perhatian denganku. Jika aku tidak mau makan engkau selalu memaksaku dengan kelembutan hatimu tetapi tetap tegas. Saat aku terjebak dalam situasi yang membingungkan akan dua hal, engkau selalu ada buatku untuk membantu mengambil keputusan yang tepat. Engkau memberikan aku waktu untuk berpikir dengan tetap mengirimku semangat juga doa. Seperti pada suatu subuh, 27 Januari 2011, pukul 04. 42 , engkau mengirimkan sms dengan kata- kata sederhana namun indah untukku yakni doa tulusmu.

“Semoga Allah menyinari hatimu setiap kali terbenam matahari dan bulan. Semoga Allah menghilangkan kegalauanmu setiap kali gelombang ujian menerjang. Semoga Allah mengampuni kedua orangtuamu sejauh serta sepanjang tahun kau selalu dalam keadaan baik. Amin.”

Pun, saat aku merasakan kecewa dan sakit hati dengan kelakuan orang lain, engkau membantuku untuk intropeksi diri bersamamu. Engkau tak ingin aku terlena akan buaian syetan yang dapat membuatku jatuh. Engkau pun kembali mengirimkanku sms yang membuatku tersadar dan meneteskan air mata bahwa aku telah salah menyikapi semua.

“Jika merasa besar, periksa hati kita, mungkin ia sedang bengkak.
Jika merasa suci, periksa jiwa kita, mungkin itu putihnya nanah dari luka nurani.
Jika merasa tinggi, periksa batin kita, mungkin ia sedang melayang kehilangan pijakan.
Jika merasa wangi, periksa ikhlas kita, mungkin itu asap dari amal shalih yang hangus dibakar Riya.”

Terima kasih Inang Rin, engkau mau menjadi kakak terbaikku yang tak pernah tinggalkan aku dalam kegelapan dan tak pula membiarkanku dalam kemegahan yang berlebihan. Engkau membimbingku juga mengajariku banyak hal dalam hidup hingga aku tahu apa itu masalah dan penyelesaiannya. Terima kasih Inang Rin telah menjadi sandaran hati, peraduan terbaikku dan tempat indah untukku bernaung . Sifatmu selalu redakan emosiku juga tepikan khilafku hingga aku yakini dalam hati ini bahwa ‘Menjadi Temanmu Adalah Indah.’  Semoga rinduku terwujud untuk memelukmu secara nyata wahai Inang Rin yang terindah di hatiku. Cium sayang dari Butet yang manja untuk Inang Rin, wanita Bima yang baik budi. 

1 komentar: